
Minggu, 24 April 2011
Review Film (Proyek Pemutaran Film Anti Globalisasi) 07.26

Sabtu, 23 April 2011
Proyek Pemutaran Film Anti Globalisasi 00.59

Bagi para pendukungnya, globalisasi dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Tetapi pada kenyataannya globalisasi justru melahirkan persoalan-persoalan mengenai keadilan sosial, lingkungan hidup dan HAM, terutama di negara-negara Dunia Ketiga yang secara ekonomi maupun sosial masih jauh terbelakang dibandingkan dengan negara-negara maju yang jauh lebih modern dan mapan. Namun pada kenyataannya Globalisasi memunculkan permasalahan-permasalahan mengenai keadilan sosial dan Hak asasi manusia.
Bagi kami, globalisasi adalah penyeragaman atas nama akumulasi modal. Banyak hal yang dulu bisa dinikmati secara gratis dan menjadi hak setiap manusia, kini dianggap sebagai sebuah komoditas yang harus dibeli. Air, pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan berbagai kebutuhan dasar manusia lainnya kini menjadi barang dagangan yang hanya ditujukan untuk meningkatkan nilai kapital. Kini manusia tak ubahnya mesin-mesin yang perputaran hidupnya hanya untuk bekerja dan mengkonsumsi. Manusia kini hidup di dunia yang didominasi oleh sebuah sistem perdagangan totaliter. Dunia semakin menunjukkan ketidakberesan yang berujung pada keresahan dan kebosanan.
Selain itu, kita sudah menjadi terbiasa melihat, mendengar dan membaca permasalahan lingkungan, ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh persekongkolan negara dan korporasi dalam mengeruk profit. Alam kita telah menjadi rusak dan tidak seimbang. Sebut saja kasus yang terjadi di Sumatra Utara seperti Indorayon (1996), Teluk Buyat (1998), Petani Persil IV dengan PTPN II di Deli Serdang (2006). Kita bisa melihat juga apa yang terjadi di wilayah Jawa seperti Jakarta dengan pengusurannya yang tiada henti atas nama pembangunan, Garut dengan Serikat petani Pasundan (1999), Kulon Progo (2010), Pati (2008) dan Rembang dengan Semen Gersik (2010), Porong dengan Lumpur Lapindo (2006). Hingga wilayah Timur yaitu Wera (Bima–Nusa Tenggara Barat) dalam menentang masuknya tambang pasir besi dan Papua dengan Freeport, BP Migas, dan kini mega proyek MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estated) yang melibatkan puluhan investor asing, lokal, investasi triliunan dan lahan yang sangat luas.
Permasalahan di atas dihasilkan melalui persekongkolan antara Perusahan (Korporasi) dan Pemerintah (Negara) dengan mengatasnamakan keuntungan (profit). Sadar atau tidak permasalahan ini akan menimpa kita yang berada disini nantinya. Sadar atau tidak kita menjadi bagian yang terkait dekat dalam sistem ini. Kenyataan-kenyataan di ataslah yang menjadi alasan kami untuk menggalang solidaritas dan menggiatkan kampanye untuk melawan dominasi modal yang terus mengalienasi kehidupan manusia dari kemanusiaannya ke tataran yang lebih luas lagi. Mereka disana berjuang untuk keberlangsungan hidup keluarganya, sedangkan kita disini juga menikmati apa yang dihasilkan oleh mereka, maka sudah selayaknya pula kita mendukung dan melakukan sesuatu untuk perjuangan yang mereka lakukan.
Solidaritas dan Perlawanan, sekarang atau tidak sama sekali!!!
Senin, 18 April 2011
Untuk Menjadikan Marx Suci Mereka Harus Menghapus Orang Yang Sebenarnya 14.03
Jumat, 24 Desember 2010
Rumah Bermain, Rumah Belajar 23.40


Rumah ini terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk belajar dan bersenang2. Di rumah kami ini ada perpustakaan kecil dengan koleksi buku, komik dan zine yang tidak banyak tapi cukup untuk memuaskan hasrat kalian untuk belajar. Kami juga menyiapkan koleksi film2 menarik, yang bisa ditonton bersama atau dicopy bagi kalian yang ingin menyimpannya di komputer pribadi kalian. Bagi yang ingin belajar menyablon atau cukil kayu juga bisa. Atau jika kalian cuman ingin bersantai, mengobrol, berbagi suka atau duka kehidupan harian juga tak mengapa. Tak ada batasan apapun, tak ada pribadi yang saling membatasi pribadi yang lain, kecuali diri kalian sendiri yang paling tahu batasannya. Ingat, kebebasan diri kita juga berpengaruh pada kebebasan individu yang lain. Jadi kontrol dirilah yang dibutuhkan, bukan kontrol dari pihak di luar dirimu.

Silakan berkunjung ke rumah kami yang kecil. Bawa kebutuhan kalian sendiri. Karena kami bukan lembaga sosial yang menyediakan semua hal untuk kalian yang datang berkunjung. Ya, ini hanya sebuah rumah untuk mengembangkan diri, tapi bagaimana diri kalian berkembang, prosesnya ada di dalam diri kalian sendiri2. Datanglah karena kalian ingin belajar dan bersenang2.

Kamis, 25 November 2010
Bayangkan Wiji Tukul Bahagia !!!! 18.29

Minggu, 21 November 2010
Maria Ozawa dan Tumpukan Jurnal Apokalips. 22.28
"Fucking and shooting are the same."
-- Gudrun Ensslin, Der Baader Meinhof Complex.
aku tak sungguh mengenalmu
tapi kau seringkali singgah dalam hasratku
dan kerap meninggalkan jejak di tiap lenguh napasku
tarian erotis Maria Ozawa
dan tumpukan jurnal Apokalips yang rebah di kamarku
aku bimbang diantara dua pilihan :
akankah bertelanjang
dan memicu gairah senggama di sela kebosanan
menuju goncang selangkangan
ataukah tetap bertelanjang
tapi memacu darah bersama kawan kawan di jalanan
menuju perang peradaban
| Malang. 27 Oktober 2010
-------------------------------------------------------------
Itu dia satu kegalauan puitik dari Adek yang Imut.
Untuk kontak serta karya-karya galau membara yang lain dari Adek yang Imut,
silahkan klik di sini