"I say never be complete. I say stop being perfect. I say let's evolve. Let the chips fall where they may." —Fight Club

Rabu, 05 Juni 2013

Celoteh Ini Senjata Kami (Cerita Dari Porong)

“Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam,
dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia.”
 -- Pramoedya Ananta Toer




Yang akan kita baca dan dengarkan berikut ini adalah cerita, suara-suara, ratapan dari adik-adik kecil kita, yang sampai hari ini masih coba bertahan untuk terus hidup dan tinggal di sekitar Desa Besuki, Porong, Sidoarjo, salah satu lingkungan terdampak dimana tragedi keluar dan meluapnya lumpur sulfur panas akibat kelalaian aktivitas operasi pengeboran oleh perusahaan Lapindo Brantas terjadi dan kemudian berdampak sangat serius terhadap lingkungan tinggal serta kehidupan harian mereka. Adik-adik kecil kita ini, rata-rata berusia 7-12 tahun, segelintir dari sekian ribu anak-anak korban semburan lumpur panas lapindo, masih terlalu belia untuk harus turut merasakan dan mencerna derita yang diakibatkan oleh peradaban hari ini. Tangisan mereka, teriakan mereka, umpatan mereka, bahkan kutukan mereka adalah kejujuran atas kenyataan yang terjadi di depan mata dan lingkungan mereka.

“Anak-anak itu korban yang justru posisinya sangat lemah dan lebih membutuhkan perhatian dan perlindungan,” tutur Muhammad Irsyad, pendiri Sanggar Anak Al Faz di Desa Besuki. Lebih lanjut Cak Irsyad menyatakan bahwa hal ini disebabkan selain menjadi korban dari semburan lumpur lapindo, anak-anak juga secara tidak sadar “dikorbankan” lagi oleh kondisi masyarakat, dimana perhatian orangtua terhadap anak menjadi jauh berkurang dan terabaikan hak-haknya sebagai akibat dari usaha lapindo untuk memfokuskan persoalan tertuju hanya pada ganti rugi aset tanah dan bangunan. “Kenyataan riil di lapangan, anak-anak sangat terabaikan ditengah pusaran dan carut marut kasus lapindo,” kata warga desa Besuki ini.

Persoalan akan hak anak sebenarnya bukanlah kasus spesifik untuk korban Lapindo saja. “Semua anak di manapun di seluruh dunia pasti membutuhkan kasih sayang, perhatian, ruang belajar dan pengembangan diri yang sama. Namun, pada persoalan krusial, di mana hak-hak anak menjadi semakin terkurangi seperti pada kasus luapan lumpur panas Lapindo ini, kebutuhan untuk bisa membuat ruang bermain, belajar dan berekspresi bagi anak adalah kebutuhan yang mendesak,” jelas Rere Christanto, salah satu pendamping anak untuk kasus semburan lumpur Lapindo. Ruang bermain dan belajar anak di sekitar semburan Lapindo telah hilang terkubur lumpur, kenyamanan dan keriangan yang harusnya bisa didapat anak-anak pun turut terkubur di dalamnya.

Setelah lima tahun lebih, hampir enam tahun bahkan, suara-suara serta ratapan mereka tak nampak akan reda, derita dan kenyatan itu masih ada. Celoteh-celoteh ini yang akan selalu mengingatkan kita bahwa ada sebuah generasi yang tengah ditumbalkan dalam kasus semburan lumpur panas Lapindo. Celotehan-celotehan, dan umpatan-umpatan mereka, memang seharusnya tidak berhenti, tak boleh berhenti, apalagi coba dibungkam. Mereka harus terus bersuara, terus melawan!

Jangan lupakan mereka. Bangun solidaritas untuk terus menyuarakan kenyataan!!

  
Lumpur Lapindo Jahat Sekali

Diwaktu aku kecil tidak ada yang namanya lumpur lapindo. Sekarang ada, aku sedih sekali kalau rakyat sengsara. Diwaktu kakakku mengaji ada di Besuki Barat, ada yang berbicara ada lumpur lapindo jebol, tolong...tolong. Semua orang berlari-lari mau kemana kita.. Aku menangis melihat keponakan berlari-lari lalu ibuku dan kakakku menolongnya aku menangis. Terus pakaianku aku bawa ke ruang tamu, lalu ibu mengajak keponakanku untuk tinggal di rumahku. Dan ada yang mengungsi di jembatan layang. Lalu keesokan harinya ibu dan kakakku ke sana mengambil barang keponakanku. Terus pada siang harinya sumbangan makanan. Aku mau minum dan airnya bau sekali karena terkena air lapindo. Keesokan harinya aku sekolah dan aku kaget karena sekolahku terkena lumpur juga. Aku menangis karena sekolahku tidak layak dipakai. Sudah 3 minggu lumpur tidak ada lagi karena sudah mampet. Ibu dan kakakku turut membantu untuk membersihkan rumahnya. Terus sudah lima minggu lumpur datang lagi. Aku menangis melihat keponakanku lagi. Kini sudah tinggal cerita karena gara-gara lumpur lapindo pengeboran. Aku ingin lumpur lapindo hilang dan semua rakyat tidak sengsara lagi. Lapindo jahat sekali karena sudah merusak dan mengusir rumah rakyat lagi. Cukup sekian terima kasih.
- - Cerita: Firdausi Nuzula



 Desaku Yang Tercinta

Dulu di desaku hidupnya tenang dan damai. Pada suatu hari ada lumpur lapindo di desaku. Semua orang menjadi sakit karna menghirup udara yang tidak segar. Dan lumpur juga menghancurkan pabrik, sawah, rumah, dan juga sekolahan kita. Hidup kita menjadi sengsara, orang-orangpun pada jadi pengangguran, dan makan pun kita kekurangan, karena sejak ada lumpur kita hidup serba kekurangan. Kini pemerintah tidak bertanggung-jawab dengan kerugian kita yang kita alami.
- - Cerita: Eka Mauluddia

 Sawah

Dulu sawah ini itu indah dan padi pun sangat bagus. Sekarang sawah itu pun tidak indah karena lumpur. Sawahku pun sudah kena, sekarang aku tidak bisa lagi ke sawah. Aku harap lumpur itu tuntas dan aku mau ganti rugi. Sekarang orang mencari padi pun susah, orang pun jika dapat beras itu pun jelek. Karena Lumpur, setiap orang menanam tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan itu jadi layu, karena lumpur sangat merusak tumbuhan dan karena lumpur baunya sangat menyengat, orang pun jadi sakit. Saya berharap (mereka yang menyebabkan) lumpur itu mau membayar.
- - Cerita: M. Haris Hidayatullah

 Air Minum

Air minum desa Besuki sebelum kena lumpur airnya bersih dan bisa diminum dan bisa dijual, akan tetapi (sekarang) wadahnya air minum yang ada di desa besuki (jadi jelek), air (untuk) masak, (ada) kuman penyakit. Pengolahan air kualitasnya (jelek). Air minum yang sehat bisa diminum dan bisa dimasak (tidak seperti air yang ada sekarang).
- - Cerita : Dwi Yuliana


 Pohon-Pohon Mati

Dulu pohon-pohon hijau dan subur, lalu suatu hari ada orang yang bekerja mengebor tanah untuk mencari sumber gas. Akhirnya kedalam pipa pun bocor dan gas meluber kemana-mana dan akhirnya ditanggul, dan pohon-pohon pun mati. Dan di desa (besuki) telah ada (banyak) pohon-pohon dimana-mana tinggal batang dan rantingnya saja.
- - Cerita: Mauludin



 Bakrie Jahat

Dulu aku dan teman-temanku damai. Petani pun bekerja dengan ramai. Semua orang juga tidak sakit-sakitan. Tapi sejak ada lumpur semua orang seperti disiksa oleh lumpur. Sekolahan sekarang tidak ada. Pabrikpun hancur, rumah-rumah sekarang pun tinggal sedikit. Orang-orang saja ada yang mati atau sakit, mandi airnya tidak bersih. Kalau sekolah tidak nyaman. Hidup semua orang sekarang susah. Dan tidak bahagia seperti dulu. Karena lumpur sekarang saya susah tidak ada bahagia. Lumpur itu memang kejam. Saya tidak suka lumpur. Saya ingin lumpur dihilangkan oleh bakrie. Sekarang banyak teman-temanku sahabat-sahabatku juga pindah rumah. Saya hidup kekurangan teman. Saya ingin hidup saya seperti dulu lagi hidup damai dan tentram. Terima kasih.
- - Cerita: Binti Musfiqoh


 Kali Porong

Di kali Porong, ada lumpur Lapindo yang merusak. Gara-gara lumpur, semuanya rusak, gara-gara lumpurnya Bakrie. Sungai itu tempat memancing orang-orang yang ada disitu. Sungai itu adalah sungai yang sangat bagus sekali, kini sungai menjadi jelek karena lumpur Lapindo. Lapindo merusak sungai kali Porong yang di (desa) Besuki. Lapindo yang merusak alam yang ada di Jawa Timur, semuanya gara-gara lumpurnya Bakrie yang sangat panas. Semuanya ikan pada mati karena lumpur Lapindo panas. Pencari ikan semua pada resah, karena lumpur yang panas. Ikan-ikan mati karena lumpur itu merusak sungai.
- - Cerita: Oki Dwi Prasetya


 Aku Tak Ingin Terbenam

Pada hari itu aku pengen mencapai tujuan. Aku pada masih kecil tanggal 29 Mei 2006. Aku tidak mengerti apa-apa tentang lumpur. Kalau sekarang aku sudah besar dan sekolah kelas V (lima) sudah mengerti apa itu lumpur lapindo. Lumpur adalah bencana yang ingin merusak impian orang-orang yang ada di desa Besuki. Dan rumahku ada di desa Besuki. Aku dulu sekolah di MI Darul Ulum mulai kelas 1. Pada hari itu pas ada lumpur jebol di sekolahku dan di desa semua pada khawatir dan dia bingung mau tinggal dimana karena lumpur yang begitu cepat jebol dan menenggelamkan rumahku dan rumah orang-orang dan sekolahku yang aku cintai, karena kalau aku tidak sekolah pasti aku tidak akan bisa mencapai tujuanku dan cita-citaku. Cita-citaku adalah menjadi dokter dan kalau tidak tercapai aku mau motret dan pada hari itu orang tuaku yang lagi susah untuk mencari uang untuk biaya sekolahku dan orang tuaku mencari pekerjaan untuk biaya sekolahku dan untuk makan sehari-hari. Dan pada hari itu aku ada di sekolah aku mau pinjem buku untuk belajar dan pada hari itu sebelum ada lumpur semua orang bahagia di desa Besuki. Dan teman-temanku yang ada di sekolahan senang dan ceria dan tidak ada yang sakit. Dan sesudah ada lumpur desa Besuki bingung dan teman-temankupun juga bingung mau sekilah di mana. Semua orang pun susah makan, pekerjaan, dan orang tuaku pun juga susah mencari pekerjaan dan akupun susah untuk belajar, dan aku belajarpun dan pinjam buku ke perpustakaan di sekolahanpun juga susah-susah, tapi setelah itu aku sudah besar dan aku kelas 3. Kata guruku sekolah kita akan numpang di SMP Darul Ulum. Kita numpang dan aku rasanya kalau belajar di sekolahan numpang itu tidak nyaman. Dan aku punya harapan, dan harapanku adalah pemerintah tolong kasihlah warga desa Besuki dikasih sumbangan untuk sehari-hari, dan aku mau sekolah yang milik sekolahku sendiri, biar aku tidak numpang di sekolahan lain dan lumpur harus dihentikan biar tidak menghentikan impian dan cita-cita orang-orang desa Besuki dan penderitaan semua orang harus dihapus, dan biar diganti dengan keceriaan dan semangat.
- - Cerita: Zulfika Rokhmah



 Bakri Jancok

Sudah 5 tahun kita tidak makan karena bakri jancok tidak pernah mengaku kesalahannya karena sumber lumpur merusak rumah kami desa yang indah menjadi kayak tempat sampah yang bauk. Bauk sekali. Bakri sudah pergi dari desa yang jauh tapi orang-orang mencari bakri. Bakri membuat sumber lumpur lapindo menyerang rumah-rumah yang indah tapi rumah itu menjadi berantakan. Bakri yang jancok balas dendam.
- - Cerita: Sarif



Sabtu, 26 November 2011

Pasar Gratis, Karena Berbagi Itu Menyenangkan!

Seperti yang kita alami setiap harinya, uang beserta seluruh aspek ke-uang-annya telah mendominasi hampir segala aspek dalam kehidupan harian kita. Hampir semua kebutuhan yang kita perlukan, harus menggunakan uang untuk membelinya. Pendek kata tak ada yang gratis dalam kehidupan yang didominasi sistem kapitalistik saat ini. Manusia-manusia modern memperlakukan hidupnya sebagai sebuah komoditas, yang bisa diperjualbelikan demi keuntungan pribadi. Tak ada lagi rasa berbagi yang tulus dalam sistem dominasi saat ini. Semua manusia hampir laksana mesin yang bekerja untuk membeli & mengkonsumsi, terus menerus tanpa kenal henti hingga dia mati. Menyedihkan!!!

Tapi, sedemikian parahkah kehidupan ini hingga kita tak lagi punya senyum yang ramah & pelukan yang hangat untuk manusia-manusia lain yang kita sayangi? Tak ada lagikah hubungan yang mesra antar manusia tanpa ada embel-embel uang didalamnya?

Mungkin tidak ada yang gratis secara total di dalam hidup ini, tapi mungkin kita masih sanggup meminimalisirnya & memilih untuk menentukan sendiri hidup yang lebih layak untuk kita jalani, bersama orang-orang yang kita kasihi. Hasrat & imaji untuk tidak terkontrol & terdominasi inilah yang mendasari kami untuk mengadakan aksi pasar gratis ini.

Apa sih Pasar Gratis itu?

Pasar Gratis adalah aksi tandingan terhadap dominasi sistem moneter yang kian lama semakin mencekik kehidupan harian kita. Dalam Pasar Gratis tak ada hubungan berdasar jual dan beli, tapi lebih menekankan diri pada konsep berbagi/sharing. Aksi ini sama sekali bukan kegiatan amal atau pemberian sedekah dari orang yang merasa lebih mampu kepada orang yang kekurangan agar dapat pahala & rejekinya lebih lancar. Ini bukan aksi kedermawanan sok pahlawan karena ingin membantu orang-orang yang hidup kekurangan. Kita tidak sedang membicarakan surga-neraka di sini. Ini bukan pula aksi populis yang hanya sok mengumpulkan banyak orang, tapi tak menyentuh dasar kebutuhan manusia untuk menjadi manusia, bukan mesin yang hanya tahu membeli & mengkonsumsi tanpa batas. Aksi ini adalah aksi langsung untuk memperkecil kontrol sistem distribusi yang telah didominasi oleh uang. Ini adalah aksi langsung untuk mewujudkan kenyataan bahwa hidup yang lebih baik & menyenangkan itu ada, bukan hanya imaji yang kalian baca di buku-buku cerita atau kalian tonton di TV. Ini adalah sebuah aksi sederhana yang tak ingin meninggalkan hasrat untuk bersenang-senang!!!

Pasar gratis diadakan berdasarkan logika sederhana bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda akan setiap barang & kadangkala kita punya sejumlah barang yang tersedia lebih dari kebutuhan kita. Sedangkan kadangkala ada manusia lain yang sangat membutuhkan sebuah barang, tapi kesusahan untuk mendapatkannya karena ketiadaan uang, kesempatan atau sebab-sebab mendasar lainnya. Disaat itulah berbagi kelebihan barang kepada yang lebih membutuhkan adalah sebuah aksi yang sederhana untuk dilakukan.

Aksi sederhananya seperti apa sih?

Jika kamu punya sebuah kaus kaki yang cuman sebelah & temanmu yang sangat membutuhkan kaus kaki punya pasangan dari kaus kakimu, kemudian kamu memberikan kaus kaki tersebut kepadanya, itulah berbagi.
Jika kamu punya sepasang kaus kaki yang masih bagus & temanmu membutuhkannya, sedangkan temanmu hanya memiliki sebuah kaus usang dengan desain logo band favoritmu yang telah sekian lama kau inginkan, kemudian kalian secara senang hati saling bertukar barang, itulah barter/trade. Sederhana bukan? Sesederhana itulah pasar gratis ini diadakan.

Bagaimana mekanisme dalam Pasar Gratis itu?

Tak ada mekanisme yang baku dalam pelaksanaannya. Setiap kondisi akan menentukan kenyataannya sendiri-sendiri. Dalam pasar gratis lebih ditekankan pada pencarian bentuk-bentuk yang dianggap paling sederhana dan mampu mengesampingkan dominasi antar individu yang bergerak dalam pasar tersebut. Seminim mungkin menghilangkan ketergantungan diantara individu-individu hanya bisa diwujudkan apabila mekanisme kontrol telah terbentuk dalam diri pribadi masing-masing. Satu hal yang perlu diingat dalam aksi ini adalah bahwasannya setiap barang yang ada dalam area Pasar Gratis dinilai dari nilai kebutuhan atau nilai fungsionalnya, bukan semata karena nilai nominal yang sempat menyertainya karena sistem jual-beli yang dulunya menyertai barang tersebut.

Bagaimana manual pelaksanaan aksi Pasar Gratis?

Pasar Gratis dibagi dalam 2 Lapak (stand), yaitu Lapak Gratis & Lapak Barter. Lapak Gratis dikhususkan untuk barang-barang yang memang hendak dibagikan secara gratis, sedangkan Lapak Barter dikhususkan untuk barang-barang yang hendak dipertukarkan dengan barang-barang lainnya yang dianggap memiliki nilai kebutuhan yang sama.

Ketika Lapak Gratis telah dimulai dan barang-barang telah disiapkan, kalian bebas untuk memilih barang yang kalian butuhkan. Tapi ingat, hanya pada barang yang benar-benar kalian butuhkan & biarkan barang-barang yang tidak kalian butuhkan dimiliki atau digunakan oleh individu yang lainnya. Jika kemudian ada beberapa individu yang merasa benar-benar membutuhkan sebuah barang, biarkan individu-individu tersebut berdialog secara personal untuk menentukan siapa yang benar-benar paling membutuhkan barang tersebut. Resolusi akan tercapai jika setiap individu mengutamakan kontrol diri & berusaha seminim mungkin untuk tidak menjadi serakah. Untuk kalian yang ingin berbarter barang, cukup dengan menggelarnya di Lapak Barter yang tersedia & menunggu respon individu lain yang berkenan dengan barang yang hendak dibarter. Setiap barang yang hendak dibarter hendaknya dicatat oleh pihak mediator untuk menghindari pengklaiman barang oleh pihak lain yang sebenarnya tidak memiliki barang tersebut. Dialog antar individu yang melakukan barter hendaknya menjauhi sebanyak mungkin usaha untuk saling mendominasi atau menjadi serakah. Konsensus diantara pihak yang melakukan barter hendaknya muncul karena masing-masing pihak memang menyepakati nilai kebutuhan dari setiap barang yang hendak dipertukarkan.

Rumit sekali ya, lebih mudah menggunakan uang. Bayar harganya, habis perkara.

Kalau kalian ingin proses yang instan silakan datang ke Mall, Distro, Outlet atau pasar pada umumnya, pilih sendiri barang yang kau butuhkan dan tentu saja: biarkan uangmu yang berbicara!! Tak perlu repot-repot datang ke acara ini. Memang tak mudah membiasakan diri untuk berbagi atau melakukan barter, apalagi bagi kita semua yang telah terbiasa menggunakan uang sebagai alat tukar. Ya apa mau dikata, kita semua terlahir di dunia yang telah tersistem & terskenario seperti ini. Kita tak pernah punya pilihan untuk hidup di dunia yang lebih baik dari dunia saat ini. Tapi yang perlu mulai disadari adalah jika kita tak pernah mau untuk mulai melakukannya sekarang, dunia lebih baik yang kita impikan akan semakin jauh dari kenyataan.

Tujuan dari aksi ini apa sih?

Acara ini diadakan untuk & oleh individu-individu yang percaya bahwa alienasi/keterasingan manusia oleh sistem kapitalistik dimulai dari hasrat manusia untuk selalu mengkonsumsi. Tak ada tujuan yang pasti selain untuk berbagi kesenangan di tengah kungkungan penjara dominasi kapital yang telah mencuri waktu kita untuk berbagi dengan manusia-manusia lain yang kita sayangi. Ini bukan aksi sok radikal yang bertujuan untuk sekedar menjaga eksistensi diri. Ini bukan pula aksi massa sok ribut, dengan baliho tuntutan kenaikan upah UMR, tapi kosong makna karena tak secara riil melawan sistem perbudakan kapital. Ini bukan pula aksi sok ekonomis yang maunya hanya gratisan tapi tak mau berbuat apa-apa hanya menunggu pemberian orang lain. Kami bukan orang-orang sok asik yang sibuk bikin aksi-aksi revolusioner seperti yang kalian lihat di TV atau baca di koran. Kami hanya orang-orang sederhana yang ingin berbagi pelukan dengan semua orang yang kami kasihi. Kami hanya manusia-manusia yang ingin berbagi kesadaran pribadi, bahwa hidup kita telah tercuri. Kami hanya ingin berbagi kesadaran bahwa untuk membuat perubahan nyata pada gaya hidup kita yang konsumtif berarti juga membuka ruang-ruang untuk memikirkan kembali seluruh hidup kita, tentang bagaimana kita hidup, bagaimana kita bereaksi, berkomunikasi, hubungan sosial kita, kerja kita, berapa banyak kebohongan dan kepalsuan yang telah kita ambil. Ini adalah sebuah revolusi dalam diri kita sendiri; ini adalah tentang peng-ambil-alih-an kontrol, mengklaim kembali kekuatan sebagai seorang individual. Ini adalah tongkat penyangga bagi resistensi kita melawan kapitalisme. Tentukan dirimu sendiri, jangan mau dikontrol. Sekarang atau Tidak Sama Sekali !!!


Salam Cinta dari kami yang tak ingin dikontrol & didominasi.
HantamMassa!!!

Rabu, 23 November 2011

Pamflet "Hari Tanpa Belanja"



Jumat, 18 November 2011

Gratis Untuk Semua!!!

Dear friends...

Lupakan sejenak keinginan jalan-jalan ke mall dan beli ini itu yang nggak terlalu penting. Sehari saja, mari kita rayakan Hari Tanpa Belanja!

Untuk ikut merayakan Hari Tanpa Belanja yang sebenernya bisa dirayain kapan aja, kami berencana menggelar acara "Gratis Untuk Semua" yang di dalamnya kira-kira bakal berisi:

1. Pangan Untuk Semua (Food Not Bombs)
2. Pasar Gratis (lapak barang bekas layak pakai)
3. Menggurat Ego (menggambar bersama dalam kertas berukuran A0)
4. Sedikit hiburan musik untuk memeriahkan suasana
5. Tabling Literatur

Acara ini kami gelar pada:
Hari/Tanggal: Minggu, 27 November 2011
Waktu: 15.00 sampe capek
Tempat: (sementara masih dicari tempat yg kondusif untuk acara, info ttg tempat menyusul)

Selain untuk perayaan Hari Tanpa Belanja, aksi ini juga sebagai wadah kopi darat untuk semua kawan yang biasanya cuma ketemu lewat dunia maya aja.

Dan untuk kelangsungannya, kami butuh bantuan dari kawan-kawan untuk dengan sukarela menyumbangkan bahan makanan, peralatan, serta barang bekas yang benar-benar masih layak pakai. Berikut kira-kira yang dibutuhkan untuk suksesnya acara tersebut:

Untuk 'Pangan Untuk Semua':
- beras (jumlah sukarela, boleh segelas, boleh juga sekilo, teserah)
- sayuran (bisa apa aja, masakan akan disesuaikan dengan bahan yang masuk)
- lauk (bisa tahu, tempe, telur, dll)
- bumbu dapur: bawang merah, bawang putih, gula, garam, merica, pala, dll
- minyak goreng
- air minum
- daun pisang (sebagai pengganti piring)
- sabun cuci piring (buat cuci sendok dan gelas)
- sendok dan gelas plastik
- termos nasi*
- rice cooker/ dandang*
- panci besar* (buat tempat masakan jadi)
- galon*
- ember* (buat cuci sendok dan gelas)
- kalender dan kertas bekas (buat bikin pamflet dan poster)

*/ peralatan hanya dipinjam untuk memasak dan serving

Untuk 'Pasar Gratis':
- baju: kaos, kemeja, gaun, celana, sarung, jaket
- tas
- sepatu
- ikat pinggang
- topi
- mainan
- dan barang bekas lain yang kira-kira masih dibutuhin orang lain.

Untuk 'Menggurat Ego':
- kertas ukuran A0
- alat tulis: bolpen, spidol, pensil, krayon, dll

Untuk hiburan:
siapa saja boleh berpartisipasi, bisa bermusik, bisa berpuisi, terserah aja lah pokoknya.

Bagi kalian yang kira-kira bisa memenuhi salah satu dari kebutuhan kami & ingin berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, bisa mengarahkan bantuan kalian paling lambat tanggal 25 November 2011 ke:

Kedai Buku Sinau
Jl. simpang Wilis, Ruko retawu B6 Malang
CP: Ulul/085259195278, Dodit/081803831400

Karena gratis itu menyenangkan, maka berbagilah dengan semua !!!
Partisipasi dan Solidaritas kalian adalah aksi nyata, mari bersenang2 bersama!!!

Rabu, 16 November 2011

Reportase Acara Noise Gigs di Garden


Apakah kedatangan sebuah band asing untuk mengadakan tour di tempat kita harus selalu disambut dengan sebuah gigs musik???? Oooohhhh, tentu saja tidak. Kita tak perlu harus memaksakan diri untuk mengorganisir sebuah acara musik dengan menyewa tempat yang mahal, sound system yang lengkap dengan berbagai keriuhannya jika memang kita sendiri sedang malas atau memang sedang tidak mood bikin gigs musik. Contohnya seperti yang kami lakukan ketika Band Coche Bomba dari Perancis datang ke tempat kami untuk mengadakan tour Asia Tenggara. Kedatangan band beraliran Hardcore/Punk ini sengaja tidak kami sambut dengan sebuah gigs musik tetapi dengan sebuah pesta kebun yang sederhana, nyaris tanpa musik yang riuh selayaknya tour band asing pada umumnya. Tapi keriuhan para pengunjung pesta kebun inilah yang menjadikan gigs kecil ini sangat berarti. Ada beberapa kegiatan kecil yang kami lakukan, seperti bisa kamu lihat di pamflet acara yang dibuat untuk mengundang kawan2 lain yang hendak berpartisipasi dalam gigs ini.

Lho, tour band kok malah gak ada acara musiknya. Ah, persetan dengan pemikiran itu. Karena kami yakin, tour band asing yang datang ke tempat kita tak melulu ingin bermain musik, tapi juga ingin berbagi kesenangan bersama. Dan, bukankah kesenangan itu bisa diwujudkan dalam berbagai hal, gak melulu dalam bentuk gigs musik yang riuh dengan teriakan & hingar bingarnya alat musik, mosh pit yang penuh keringat & terkadang dengan sedikit adu jotos yang asik. Dengan kata lain, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan kesenangan kita itu. Hehehehe.

Udah ah, kebanyakan bacot. Kalian simak aja foto2 yang berhasil diabadikan dalam keriuhan itu. Baru kalian cari sendiri bentuk kesenangang yang kalian sendiri inginkan. Gak perlu sama dengan apa yang kami lakukan. Yang penting hindari pemaksaan diri untuk sekedar mencari eksistensi atau apalah namanya. Lakukan sendiri & jangan terkontrol. Selamat Bersenang2 kawan!!!!















Rabu, 14 September 2011

Kapitalisme: Ibu Kandung Pembangkangan Kami..

Kami bukan anak haram. Memang kalian tak pernah menghendaki secara sah kelahiran kami. Bahkan tetap saja kalian tak pernah rela, dan tetap tak pernah mengerti bagaimana bisa kami tumbuh dalam rahim kandungan kalian.

Tetap saja itu tak merubah kenyataan bahwa memang dan hanya kalianlah yang melahirkan kami.

Tidak!! Kami tidak butuh pengakuan, apalagi kasih atau sayangmu. Kami mampu memilih untuk berada dalam barisan para durhaka.

Ya! Hari ini, menjadi seorang durhaka jauh lebih menyenangkan dan berharga, ketimbang harus membenamkan diri dalam ketiak dan menadah apapun yang keluar dari selangkangan busukmu.

Kalian, para pemuja kapital, berbicara dan hidup atas nama kapital, kami membangkang atasmu!!

Jika saja kutukan itu benar bertaji, bahwa pembangkangan niscaya merubah kami menjadi batu, serupa malin kundang memberontak atas ibu kandungnya, kami berjanji akan mewujud batu-batu yang melayang lurus tepat ke wajahmu.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Gigs kecil di Sumber Pucung

D.I.Y tak akan pernah mati, prinsip hidup ini kian meluas & mengilhami banyak orang sebagai pilihan untuk melawan kekuatan dominasi kapital yang terus menggerinda kehidupan kita. Inilah kesan pertama yang kami tangkap ketika grup kecil kami datang melapak di sebuah acara yang di organisir sebuah kolektif bernama Taring Berakar. Kolektif ini ada di daerah Sumber Pucung, kira2 butuh waktu 1 jam perjalanan dengan sepeda motor dari kota Malang. Acara tersebut ternyata diadakan di sebuah kampung yang cukup padat penduduknya. Sebuah gigs musik punk di sebuah kampung yang padat, sungguh sebuah fenomena yang menarik. Kami sungguh terkesan saat pertama kali menginjakkan kaki tempat acara.

Setelah ngobrol sebentar kami langsung saja menggelar lapakan kami yang terdiri dari kaus2, emblem & zine. Juga tak lupa memasang karya cukil kayu dari salah satu partisipan di grup kami ini. Setelah itu kami langsung membaur ke dalam kerumunan & siap menikmati gigs yang dimeriahkan oleh sederetan band punk yang rusuh tapi sangat humanis....hahaha

Terus terang pada awalnya kami mengira ini hanya sebuah gigs musik, namun ternyata juga ada beberapa kegiatan yakni: workshop sablon, workshop gambar untuk anak2 kecil berikut pameran karya mereka, food not bomb & pemutaran film anti globalisasi. Dan yang tak kalah hebohnya adalah penampilan sebuah band cihuy dari New Zealand yang bernama Mr. Sterile Assembly. Band beraliran experimental punk ini terdiri dari sepasang suami istri yang sudah tak mudah lagi, yakni Kieran a.k.a Mr. Sterile (Drum-Vokal) & Chriss Buttler (Bass-Vokal). Dalam penampilannya mereka memadukan musik yang eksperimental namun tak menghilangkan aura punk, lirik yang kuat & penampilan teatrikal sarat makna disertai kostum panggung yang unik. Terus terang aku sungguh tertarik dengan band ini ketika mereka membawakan sebuah lagu berjudul BURU yang didedikasikan pada novelis Pramoedya Ananta Toer.

Benar2 sebuah gigs sederhana yang sarat makna. Membuat kami tertarik untuk mengobrol lebih lanjut dengan manusia2 yang hidup dalam kolektif tersebut. Bagi kami, sebuah kegiatan swakelola semacam ini haruslah disebarluaskan & mungkin bisa menginspirasi kolektif atau grup2 otonom lainnya untuk membuat acara yang sederhana, tak perlu sewa gedung, tak perlu ijin aparat yang seringkali ribet & pake duit buat pelicin. Banyak hal yang menarik dari cara pengorganisiran yang mereka lakukan untuk keberlangsungan acara mereka ini, yang kami yakin bisa bikin kalian iri untuk bikin acara sederhana seperti apa yang Kolektif Taring Berakar . Hasil ngobrol2 itu nantinya akan masukkan dalam zine grup kami.